Tahukah anda bahwa tanggal 17 Mei adalah Hari Buku Nasional? Tampaknya
peringatan hari buku ini belum begitu familiar dikalangan masyarakat. Hal ini
disebabkan minat pembaca buku semakin lama mulai pudar dan usang seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Banyak yang bilang bahwa
membaca buku hanya membuat orang mengantuk, jenuh, pusing, serta buku tidak
se-menarik alat visual dan digital seperti televisi, handpone atau blackberry.
Hal inilah yang nampaknya jadi pemicu kenapa tradisi membaca buku masih belum
diminati. Terbukti di setiap sudut perpustakaan baik yang ada di sekolahan
maupun universitas kerap kali terlihat sepi, dan kalaupun ramai itu hanyalah
tuntutan akademis belaka.
Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar telah mencanangkan bahwa
tanggal 17 Mei adalah Hari Buku Nasional, karena ia ingin memacu minat baca
masyarakat Indonesia
sekaligus menaikkan penjualan buku. Tetapi beberapa bulan terakhir terdengar
kabar bahwa peringatan Hari Buku Nasional diganti pada tanggal 21 Mei, mungkin
agar beriringan dengan Hari Kebangkitan Nasional yaitu tanggal 20 Mei.
“Buku adalah jendela dunia” suatu pepatah yang kerap kali muncul di
telinga kita. Namun hal ini belum bisa mengubah masyarakat Indonesia untuk melahap buku-buku yang ada,
seperti halnya masyarakat Jepang, Amerika ,
Korea , dan
Negara-negara lainnya. Bagi mereka membaca buku tak ubahnya seperti makan
camilan yang dibawa ke mana-mana. Itulah mengapa mereka lebih maju dibandingkan
Negara kita, karena mereka tidak pernah merasa puas untuk selalu terus membaca
meskipun kemajuan telah dicapai. Oleh karena itu, buku sering disebut sebagai
jendela peradaban dan bukan hanya sebatas pengantar tidur.
Masyarakat Indonesia
maksimal satu hari membaca buku hanya empat jam, butuh dua kali lipat untuk
bisa sama dengan masyarakat di Negara-negara maju. Sungguh riskan sekali kita
sebagai mahasiswa yang katanya sebagai kaum intelektual tetapi tidak ramah
terhadap buku bahkan jarang untuk membaca buku.
Adalah tugas kita bersama untuk bisa menciptakan lingkungan dan tradisi
gila membaca, karena masalah ini berada di pundak kita semua. Mulai dari orang
tua, guru di sekolah maupun pemerintah yang memiliki kekuasaan dan wewenang
untuk mengeluarkan kebijakan. Lebih baik kita mengisi hari kebangkitan Indonesia
dengan membaca buku. Semoga dengan adanya Hari Buku Nasional tersebut,
masyarakat Indonesia khususnya kaum akademis akan lebih sadar terhadap
pentingnya membaca buku, karena dengan begitu kita akan mendapatkan banyak
pengetahuan dan wawasan berpikir yang notabene semuanya berujung pada
peningkatan kecerdasan.
0 komentar:
Posting Komentar