Menjadikan pembaca semakin cerdas dan bermutu.

Sabtu, 14 April 2012

SATU TUHAN UNTUK SEMUA AGAMA

Oleh Daqoiqul Misbah


 
Judul Buku      : Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabī, Rūmī dan Al-Jīlī
Penulis             : Media Zainul Bahri
Penerbit           : Mizan Publika, Jakarta
Cetakan           : I, Agustus 2011
Tebal               : xvi + 536 halaman
ISBN               : 978-602-97633-3-1


Pembahasan mengenai Wahdatul Wujūd (kesatuan wujud) dan Wahdatul Adyān (kesatuan agama-agama) tidak akan pernah ada habisnya. Pasalnya, topik ini Di tengah masyarakat masih dianggap tabu dan selalu menimbulkan kontroversi. Sehingga menurut beberapa aliran, khususnya sunni, mempelajari konsep seperti ini diharamkan, karena dianggap sesat dan bisa menuju pada kekafiran.
Pelbagai polemik pun muncul, misalnya, apakah bisa tuhan yang maha segalanya disamakan dengan alam (manusia)? Di manakah letak kesamaannya? Bagaimana mungkin agama yang berbeda-beda mulai dari ajaran, bentuk, institusi, doktrin dan simbol-simbol dianggap sama dan memiliki tuhan yang sama? Mungkinkah menyembah hanya pada satu tuhan?
Jawaban mengenai pelbagai polemik di atas telah dikupas habis oleh Media Zainul Bahri dengan pisaunya yang berjudul “Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabī, Rūmī dan Al-Jīlī” yang pastinya akan anda dapatkan bila telah menutup halaman terakhir buku ini. Menurut Media, membahas pemikiran ketiga sufi (Ibn ‘Arabī, Rūmī dan Al-Jīlī) senantiasa hangat dan menantang, mengingat mereka dianggap sebagai tokoh sufi yang “kontroversial” karena dikenal memiliki pandangan keagamaan yang amat esoterik dengan bahasa yang sarat simbol dan cukup rumit. Tentang konsep Wahdatul Wujūd, pada dasarnya tuhan, alam dan manusia adalah satu, yang berpusat pada tuhan yang absolut. Alam dan manusia hanyalah tajallī tuhan untuk membuktikan kebesaran-Nya dan agar dikenal oleh makhluk-Nya.
Penulis juga menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kesatuan agama-agama. Intinya, hal itu dapat terjadi pada wilayah yang esoterik atau yang transenden. Agama-agama mesti berbeda satu sama lain pada dimensi eksoterik. Dengan kata lain, agama-agama secara substantif dapat menyatu meski berbeda bentuk secara fisiknya. Terdapat juga model esoterik-metafisik, konsep mengenai kesatuan esensi, kesatuan esensi ketuhanan, kesatuan makna, kesatuan syariat, kesatuan tujuan hambatan dan kesatuan sumber-sumber kitab.
Melalui buku ini, penulis memaparkan berbagai pandangan kaum sufi, pergolakan yang terjadi antara kaum fundamental dengan kaum pluralis dan perdebatan yang terjadi antara akademisi mengenai konsep Wahdatul Adyān (kesatuan agama-agama). Dan buku ini memiliki dua rumusan masalah: (1) bagaimana pandangan Ibn ‘Arabī, Rūmī dan Al-Jīlī tentang kesatuan agama-agama? dan; (2) di mana letak kesatuan dan perbedaan (agama-agama)? Penulis menggunakan pendekatan hermeneutik rekonstruksi, artinya membangun kembali pemahaman atau penafsiran atas (makna) teks seperti yang dimaksud oleh pengarangnya, dan bukan membuat makna baru yang berbeda dengan apa yang dibangun oleh penulis teks.
Sebagai pengantar, buku ini bagus bagi kalangan yang ingin mempelajari dan memperdalam konsep Wahdatul Wujūd dan Wahdatul Adyān secara praktis, karena penulis tidak banyak memberikan teori tetapi lebih kepada hasil penelitian yang dijalaninya sehingga mudah untuk dipahami. Serta penggunaan kata-kata yang tidak terlalu sulit sehingga memudahkan para pembaca untuk bisa menyerap apa inti dari buku tersebut.
Meski begitu, buku ini menyajikan teori yang tidak serta merta diterima oleh semua kalangan. Pasalnya, buku ini tidak cocok bagi anak kecil, tingkat akademisi yang masih tergolong rendah, orang-orang pedalaman yang masih kolot dan para penentang konsep ini. Terlebih bagi kaum fundamental, buku ini pasti dianggap tidak berguna dan hanya akan menyesatkan yang membawa kepada kekafiran.
Ada yang suka dan tidak, itu merupakan hal yang wajar. Bagi kalangan akademisi yang ingin memperlajari dan memperdalam konsep di atas, buku “Satu Tuhan Banyak Agama” tulisan Media Zainul Bahri adalah pilihan yang tepat. Paling tidak bisa meluruskan dan memahamkan tentang konsep kesatuan wujud dan kesatuan agama-agama agar tidak tersesat. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

© Blogger Kejora, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena