Oleh Daqoiqul Misbah
v Biografi
Nama lengkapnya adalah Abdusshamad al-Jawi al-Palimbani. Ia berasal
dari Palembang. Al-Palimbani adalah putra dari Syaikh Abd al-Jalil ibn Syaikh
Abd al-Wahab ibn Syaikh Ahmad al-Mahdani dari hasil pernikahannya dengan Radin
Ranti di Palembang. Sedangkan Syaikh Abd al-Jalil berasal dari Yaman yang mana
beliau adalah seorang ulama sufi di sana.
Abd ash-Shamad belajar lama di Makkah
dan Madinah dari ulama-ulama sufi, di antaranya Syaikh Muhammad As-Saman.
Kemudian Syaikh Muhammad Saman menganjurkan kepada Abd ash-Shamad untuk
memperlajari kitab At-Tuhfah al-Mursalah, karya Muhammad bin Fadhlullah
al-Burhanpuri. Dari ajaran ini, bisa jadi Abd ash-Shamad cukup memahami
pemikiran martabat tujuh dari al-Burhanpuri. Akan tetapi, hal ini tidak bisa
dikatakan sebagai keterpengaruhannya terhadap martabat tujuh atau Wujûdiyyah,
karena yang kita lihat kemudian, ia tidak setuju dengan paham Wujûdiyyah.
Setelah berkelana bertahun-tahun di Makkah, pada akhir abad ke-18
Masehi, beliau kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa metode baru untuk
mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Esa. Beliau termasuk orang yang
produktif menuliskan karyanya, terbukti dengan karya-karya beliau yang banyak,
di antaranya, Hidayat as-Salikin dan Sair as-Salikin (keduanya
dalam bahasa Melayu), Zahrat al-Murid fi Bayan Kalimat at-Tauhid, Ratib Abd
Samad al-Palimbani, dan sebagainya. Akhirnya Abd ash-Shamad menghembuskan
nafas terakhirnya pada tahun 1203H/1788 M di Palembang.
v Pokok-pokok ajaran
a.
Tentang
Nafsu
Abd ash-Shamad membagi menjadi tujuh tingkatan jiwa (ammarah,
lawwamah, mulhammah, muthma’innah, radhiyah, mardhiyah dan kamilah) yang
berakhir dengan kemampuan mengurangi dan menggumuli kehidupan dunia yang penuh
dengan kesesatan untuk melaksanakan misi sucinya, yaitu, membawa manusia ke
jalan Allah.
b.
Tentang Martabat Tujuh
1.
Martabat
pertama
Ahadiyyatul
ahadiyyah: hanya Allah yang semata-mata ada
2.
Martabat
kedua
Al-wahdah:
gambaran tentang Tuhan dan tentang bukan Tuhan
3.
Martabat
ketiga
Al-wahidiyyah:
gambaran tentang Tuhan secara terperinci
4.
Martabat
keempat
Alam
arwah: malaikat dan arwah manusia yang belum mempunyai bentuk
5.
Martabat
kelima
Alam
mitsal: alam arwah yang sudah mempunyai bentuk
6.
Martabat
keenam
Alam
ajsam: adanya bentuk-bentuk manusia, binatang, tanaman dan lain-lain
7.
Martabat
ketujuh
Alam insan: martabat yang mencakup segenap potensi kesempurnaan
keenam martabat sebelumnya.
c.
Tentang
Syari’at
Abd ash-Shamad percaya bahwa Allah hanya dapat didekati melalui
keyakinan yang benar pada keesaan Allah yang mutlak dan kepatuhan pada
ajaran-ajaran syari’at. Beliau memberikan tekanan dalam tasawufnya lebih banyak
pada penyucian pikiran dan perilaku moral daripada pencarian mistisime
spekulatif dan filosofis. Ini berarti tasawufnya lebih merupakan tasawuf
akhlaqi atau tasawuf amali yang bernuansa Sunni ketimbang tasawuf falsafi.
d.
Tentang
Makrifat
Kesempurnaan
seorang sufi menurut Abd ash-Shamad belum tercapai dalam pengasingan diri dari
segala kesibukan hidup kemasyarakatan, beruzlah dan berdzikir mengingat Allah
saja, melainkan juga dalam keterlibatan aktif dalam arus kehidupan dunia nyata
ini dan memancarkan Asma’ Allah yang mulia melalui amal perbuatan nyata,
sehingga keesaan Allah yang mutlak dalam keanekaragaman yang memenuhi alam
kehidupan ini dapat dipandang dalam keesaan mutlak (musyahadah al-wahdah fi
al-katsrah dan musyahadah al-katsrah fi wahdah).
e.
Pokok-pokok
ajaran suluk Abd ash-Shamad al-Palimbani
Untuk menjadi seorang salik, beliau mengatakan bahwa ada
tahap-tahap yang harus dijalani. Yaitu: taubat, takut dan harap, zuhud, sabar,
syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha, makrifah, fana dan baqa’.
0 komentar:
Posting Komentar