Menjadikan pembaca semakin cerdas dan bermutu.

Sabtu, 14 April 2012

Abd Shamad al-Palimbani


Oleh Daqoiqul Misbah

v Biografi
Nama lengkapnya adalah Abdusshamad al-Jawi al-Palimbani. Ia berasal dari Palembang. Al-Palimbani adalah putra dari Syaikh Abd al-Jalil ibn Syaikh Abd al-Wahab ibn Syaikh Ahmad al-Mahdani dari hasil pernikahannya dengan Radin Ranti di Palembang. Sedangkan Syaikh Abd al-Jalil berasal dari Yaman yang mana beliau adalah seorang ulama sufi di sana.
Abd ash-Shamad belajar lama di Makkah dan Madinah dari ulama-ulama sufi, di antaranya Syaikh Muhammad As-Saman. Kemudian Syaikh Muhammad Saman menganjurkan kepada Abd ash-Shamad untuk memperlajari kitab At-Tuhfah al-Mursalah, karya Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri. Dari ajaran ini, bisa jadi Abd ash-Shamad cukup memahami pemikiran martabat tujuh dari al-Burhanpuri. Akan tetapi, hal ini tidak bisa dikatakan sebagai keterpengaruhannya terhadap martabat tujuh atau Wujûdiyyah, karena yang kita lihat kemudian, ia tidak setuju dengan paham Wujûdiyyah.
Setelah berkelana bertahun-tahun di Makkah, pada akhir abad ke-18 Masehi, beliau kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa metode baru untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Esa. Beliau termasuk orang yang produktif menuliskan karyanya, terbukti dengan karya-karya beliau yang banyak, di antaranya, Hidayat as-Salikin dan Sair as-Salikin (keduanya dalam bahasa Melayu), Zahrat al-Murid fi Bayan Kalimat at-Tauhid, Ratib Abd Samad al-Palimbani, dan sebagainya. Akhirnya Abd ash-Shamad menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1203H/1788 M di Palembang.

v Pokok-pokok ajaran
a.    Tentang Nafsu
Abd ash-Shamad membagi menjadi tujuh tingkatan jiwa (ammarah, lawwamah, mulhammah, muthma’innah, radhiyah, mardhiyah dan kamilah) yang berakhir dengan kemampuan mengurangi dan menggumuli kehidupan dunia yang penuh dengan kesesatan untuk melaksanakan misi sucinya, yaitu, membawa manusia ke jalan Allah.
b.     Tentang Martabat Tujuh
1.        Martabat pertama
Ahadiyyatul ahadiyyah: hanya Allah yang semata-mata ada
2.        Martabat kedua
Al-wahdah: gambaran tentang Tuhan dan tentang bukan Tuhan
3.        Martabat ketiga
Al-wahidiyyah: gambaran tentang Tuhan secara terperinci
4.        Martabat keempat
Alam arwah: malaikat dan arwah manusia yang belum mempunyai bentuk
5.        Martabat kelima
Alam mitsal: alam arwah yang sudah mempunyai bentuk
6.        Martabat keenam
Alam ajsam: adanya bentuk-bentuk manusia, binatang, tanaman dan lain-lain
7.        Martabat ketujuh
Alam insan: martabat yang mencakup segenap potensi kesempurnaan keenam martabat sebelumnya.


c.    Tentang Syari’at
Abd ash-Shamad percaya bahwa Allah hanya dapat didekati melalui keyakinan yang benar pada keesaan Allah yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran-ajaran syari’at. Beliau memberikan tekanan dalam tasawufnya lebih banyak pada penyucian pikiran dan perilaku moral daripada pencarian mistisime spekulatif dan filosofis. Ini berarti tasawufnya lebih merupakan tasawuf akhlaqi atau tasawuf amali yang bernuansa Sunni ketimbang tasawuf falsafi.
d.   Tentang Makrifat
Kesempurnaan seorang sufi menurut Abd ash-Shamad belum tercapai dalam pengasingan diri dari segala kesibukan hidup kemasyarakatan, beruzlah dan berdzikir mengingat Allah saja, melainkan juga dalam keterlibatan aktif dalam arus kehidupan dunia nyata ini dan memancarkan Asma’ Allah yang mulia melalui amal perbuatan nyata, sehingga keesaan Allah yang mutlak dalam keanekaragaman yang memenuhi alam kehidupan ini dapat dipandang dalam keesaan mutlak (musyahadah al-wahdah fi al-katsrah dan musyahadah al-katsrah fi wahdah).
e.    Pokok-pokok ajaran suluk Abd ash-Shamad al-Palimbani
Untuk menjadi seorang salik, beliau mengatakan bahwa ada tahap-tahap yang harus dijalani. Yaitu: taubat, takut dan harap, zuhud, sabar, syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha, makrifah, fana dan baqa’.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

© Blogger Kejora, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena