*Mahasiswa Aqidah Filsafat semester 6
Dalam buku Agama-agama di dunia dijelaskan bahwa Manusia, menurut
ajaran Buddha, adalah kumpulan dari kelompok energi fisik dan mental yang
selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut pancakhandha atau lima
kelompok kegemaran yaitu rupakhandha, vedanakhandha, sannakhandha,
shankharakhandha dan vinnanakhandha.
Rupakhandha, atau
kegemaran akan wujud atau bentuk, adalah semua yang terdapat dalam makhluk yang
masih berbentuk (unsur dasar) yang dapat diserap dan dibayangkan oleh indra
(yang terlihat, terdengar, terasa, tercium ataupun tersentuh). Vedanakhandha,
atau kegemaran akan perasaan, adalah semua perasaan yang timbul karena
adanya hubungan lima indra manusia dengan dunia luar, baik perasaan senang,
susah ataupun netral. Sannakhandha, adalah kegemaran akan penyerapan
yang menyangkut intensitas indra dalam menanggapi rangsangan dari luar yang
menyangkut enam macam penyerapan indrawi seperti bentuk suara, bau-bauan, cita
rasa, sentuhan jasmaniah dan pikiran. Shankharakhandha, adalah kegemaran
bentuk-bentuk pikiran. Menurut ajaran Buddha, bentuk-bentuk pikiran ini terdiri
dari 50 macam kegiatan mental seperti perhatian, keinginan, keyakinan, kemauan
keras, keserakahan, dan sebagainya. Vinnanakhandha, kegemaran akan
kesadaran, adalah kegemaran terhadap reaksi atau jawaban yang berdasarkan pada
salah satu dari keenam indra dengan objek dari indra yang bersangkutan.
Manusia dianggap merupakan kumpulan dari lima kandha tanpa adanya
roh atau atma di dalamnya. Agama Buddha menyangkal adanya roh atau atma yang
kekal dalam diri manusia. Ajaran ini disebut dengan ajaran anatman atau anatta.
Manusia selalu berada dalam dukkha karena hidup menurut ajaran
Buddha selalu dalam keadaan dukkha, sebagaiman diajarkan dalam Catur Arya
Satyani tentang hakikat dari dukkha. Untuk menghilangkan dukkha manusia harus
mengetahui dan memahami sumber dukkha yang disebut dukkhasamudya, yang
ada dalam diri manusia itu sendiri, yaitu berupa kehausan (tanha) yang
mengakibatkan kelangsungan dan kelahiran kembali serta ketertarikan pada hawa
nafsu. Tanha inilah yang bisa mengakibatkan manusia ke dalam lobha (ketamakan),
moha (kegelapan) dan dosa (kebencian). Terhentinya dukkha manusia
bisa membawa manusia sampai pada nirwana. Istilah “nirwana” adalah untuk
menggambarkan akhir proses yang terjadi dalam diri manusia, yang berbeda dengan
konsep sorga maupun neraka seperti dalam agama-agama lainnya. Ketika kebodohan
teratasi, maka tercapailah kebebasan yang sebenar-benarnya, suatu nirwana yang
mutlak. Nirwana inilah tujuan akhir dari semua pemeluk agama Buddha, baik
sewaktu masih hidup maupun sesudah mati.
0 komentar:
Posting Komentar