Oleh: Daqoiqul Misbah*
*Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Berbagai
pendekatan/teori kepemimpinan pada dasarnya adalah usaha untuk mejelaskan
sifat-sifat dasar kepemimpinan, aspek proses terjadinya pemimpin, dan
keberhasilan kepemimpinan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Teori X dan Teori Y
Teori
ini dikembangkan oleh Douglas McGregor (1906-1964) yang menjelaskan bahwa ada
dua gaya kepemimpinan utama yang disebut dengan teori X dan teori Y. Pendekatan
teori X terlihat lebih otoriter dan teori ini didasarkan kepada asumsi
bahwa para bawahan perlu diawasi dan diarahkan secara tegas
Teori
X mengasumsikan :
• Pekerjaan pada hakekatnya tidak disenangi oleh kebanyakan orang.
• Kebanyakan orang tidaklah ambisius, mempunyai sedikit keinginan
untuk bertanggung jawab dan menyetujui untuk diarahkan.
• Kebanyakan orang sedikit sekali mempunyai kreativitas dalam
memecahkan masalah organisasi.
• Motivasi itu terjadi hanya pada tingkat fisiologis dan keamanan.
• Kebanyakan orang harus diawasi secara ketat dan sering harus
dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi
Sedangkan
teori Y mengasumsikan :
• Pekerjaan pada umumnya sama seperti bermain, jika tersedia kondisi
yang menyenangkan.
• Pengendalian diri sendiri sering harus ada untuk mencapai tujuan
organisasi.
• Kapasitas berkreatif dalam memecahkan persoalan organisasi dapat
diinstruksikan secara luas pada populasi.
• Motivasi terjadi baik pada tingkat afiliasi sosial, penghargaan dan
perwujudan diri maupun pada tingkat fisiologis keamanan.
• Orang dapat mengatur diri sendiri dan kreatif bekerja jika diberikan
motivasi.
2.
Teori Z
• Menurut Wiliam Quchi (1973:12), teori Z berintikan bahwa
produktivitas akan meningkat apabila melibatkan para pekerja. Lebih jauh
ditegaskan bahwa ciri-ciri organisasi tipe Z antara lain ; pola umum masa
jabatan yang panjang, berulang kali dan tegas melakukan pemerikasaan,
bekesinambungan antara pemakaian sistem informasi manajemen, perencanaan
formal, manajemen berdasarkan sasaran, serta teknik kuantitatif dan penilaian
pokok persoalan didasarkan pengalaman serta pembuatan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan organisasi sebagai keseluruhan memakai data yang relevan.
•
Dengan
demikian teori Z dalam pelaksanaannya dapat membantu terjadinya pertukaran
persahabatan antara lingkungan kerja dengan kehidupan sosial serta menyatakan
secara tidak langsung kepercayaan yang sangat tinggi di antara para anggota.
Teori ini menekankan materi pelajaran lain yang penting tentang kepemimpinan,
yaitu pengertian dan keluwesan.
Pendapat
Lain:
• 1. Teori Sifat ( Trait Theory)
Pada pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-siftat yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih pada sifat-sifat umum yang dimilki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan bahwa pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.
Sehubungan dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini Kartono, 1994:251) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu:
a.
Kecerdasan,
bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang dipimpin.
b.
Kedewasaan
dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai
perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai
keinginan menghargai dan dihargai.
c.
Motivasi
diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
d.
Sikap
dan hub ungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga
diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
•
Teori
Situasional dan Model Kontingensi. Dalam model kontingensi memfokuskan
pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
permasalahan yang terjadi. Sehingga model tersebut berdasarkan kepada situasi
untuk efektifitas kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler, kepemimpinan yang
berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap situasi
tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif pabila gaya
kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat. Sehubungan dengan hal
tersebut Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10) mengelompokkan gaya kepemimpinan
sebagai berikut:
a.
Gaya
kepemipinan yang berorientasi pada orang (hubungan). Dalam gaya ini pemimpin
akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama
anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin
degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja.
b.
Gaya
kepemimpinan yang beroreitasi pada tugas. Dalam gaya ini pemimpin akan merasa
puas apabila mampu menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak
memperhatikan hubungan yang harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih
berorentasi pada pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama.
• Teori Jalan Kecil-Tujuan (Paht-Goal Theory)
Dalam teori Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahan atau angotanya. Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259) dalam Path-Goal Thery memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:
a.
Kepemimpinan
direktif.
Gaya ini menganggap bawahan tahu senyatanya apa yang diharpkan dari pimpinan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak ada
partisipasi dari bawahan atau anggota.
b. Kepemimpinan yang mendukung.
Gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahan atau anggotanya.
c.
Kepemimpinan partisipatif.
Gaya
kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari
para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.
d. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
d. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
Gaya
kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya
untuk berprestasi. Demikian juga pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka
mampu melaksnakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
1.
Model Kontigensi Fiedler
• Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi
karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap
efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership
style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang
dihadapinya.
• Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian
situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
(leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan
posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan
sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan
bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
• Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam
organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi
tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang
baku.
• Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam
organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari
tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan
hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).
2.
Model Kepemimpinan Vroom – Jago
• Model kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan
yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang
disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi
keputusan bersama. Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton
membuat beberapa asumsi yaitu :
a) Model ini harus dapat
memberikan kepada para pemimpin, gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi
b)
Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai dalam segala situasi
c)
Fokus
utama harus dilakukan pada masalah yang akan dihadapi dan situasi dimana
masalah ini terjadi
d) Gaya
kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang
dipakai dalam situasi yang lain
e) Beberapa
proses social berpengaruh pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam pemecahan
masalah.
3.
Model Kepemimpinan Jalur Tujuan
• Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya
pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan
pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah
teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert
House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai
situasi.
• Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat
menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para
bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan
dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek
kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat
menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif
antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
4.
Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard
• Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin
dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan
ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang
bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat
kepribadian dan situasional.
• Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu
teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan
adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan
pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki
situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan
tertentu.
• Lebih lanjut Yuk! menjelaskan bahwa pendekatan situasional
menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan
yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan
karakteristik para pengikut.
• Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat
perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif
sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan
dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah merujuk pada
sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan
tugas tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar